Skripsi itu memang cukup atau sangat menakutkan bagi hampir semua mahasiswa dan oleh karena itu memang wajar kalau temen-temen juga sangat serius dalam menyelesaikan tahap skripsi.
Dibalik namanya yang gagah ketika mahasiswa mengucapkan “saya sedang skripsi”, tersimpan serangkaian beban emosi dan psikologis yang menyertainya. skripsi memang dapat diibaratkan sebuah fase terakhir ketika seorang mahasiswa belajar di perguruan tinggi (S1). fase ini dapat berjalan lancar tanpa hambatan hingga berjalan tertatih-tatih disertai mogok dan sesekali mendapat surat panggilan dari fakultas ataupun dosen pembimbing skripsi.
setiap mahasiswa memiliki kecepatannya masing-masing dalam pengerjaannya, mulai dari yang tercepat yang hanya memakan waktu satu semester, hingga yang membutuhkan waktu bertahun-tahun. tantangannya pun berfariasi, mulai dari sulitnya mencari data dan teori, hingga trauma melihat wajah pembimbing skripsi. setiap mahasiswa memiliki “takdir” nya sendiri-sendiri dalam menyelesaikan skripsi.
Penyebab Skripsi dan Proposal Skripsi Sulit Diselesaikan
ada beberapa hal yang penulis kemukakan mengapa skripsi dianggap sesuatu yang menyebalkan dan mengandung beban psikologis;1. ada mitos turun temurun
Mitos ini berasal dari cerita-cerita kakak-kakak kelas yang menyatakan bahwa skripsi itu sulit, dan mahasiswa dibuat “menderita” dengannya.
Secara psikologis, ketika orang bercerita mengenai sesuatu yang tidak menyenangkan, ia akan menceritakan bagian yang paling tidak enak, paling berat dan memposisikan dirinya sebagai korban. di sisi lain, cerita itu bermakna bahwa betapa hebat ia dapat survive dari beban yang sangat berat, sehingga mendapat perhatian dan simpati dari pendengarnya.
Namun efeknya, justru memberikan persepsi yang buruk terhadap skripsi itu sendiri dan secara mental, mahasiswa yang akan mengambil skripsi sudah men-set dirinya sebagai korban yang akan menerima beban dan pekerjaan yang sangat berat dan tidak menyenangkan.
2. gap keakraban yang jauh antara dosen dan mahasiswa
Keakraban dosen dan mahasiswa juga memegang peranan penting dalam penyelesaian skripsi. berdasarkan observasi penulis, mahasiswa yang akrab dengan dosen lebih fun dalam menyelesaikan skripsinya dibandingkan mahasiswa yang tidak akrab atau kurang akrab.
Dalam penyelesaian skripsi, mahasiswa memiliki dua beban, pertama beban skripsi itu sendiri, dan kedua beban dalam memahami keinginan, sifat dan karakterdari dosen pembimbing. mahasiswa yang sudah akrab dengan dosen, sudah paham betul sifat dan karakter dosennya, sehingga bebannya hanya tinggal satu yaitu skripsi itu sendiri.
3. pemahaman yang kurang mengenai metodologi riset
Mau tidak mau, pemahaman akan metodologi menjadi sesuatu hal yang penting. pemahaman metodologi didapat melalui perkuliahan tersendiri dalam semester tertentu sebelum mahasiswa mengambil skripsi.
Masalahnya adalah, di benak banyak mahasiswa, skripsi dan perkuliahan adalah dua hal yang berbeda dan terpisah. ketika mahasiswa skripsi, ia akan kesulitan jika harus membuka catatan lamanya tentang perkuliahan metodologi, sementara dosen sudah tidak mau lagi mengajarkan matakuliah karena merasa sudah diajarkan di perkuliahan.
4. mahasiswa tidak tahu apa yang ditulis
Seringkali tema dan judul yang ditulis mahasiswa dalam skripsinya adalah pemberian dari teman atau dari orang lain. apalagi jika yang memberi, lebih pintar dari dia sehingga sudah merasa “taken for granted” tema itu tanpa bertanya lebih lanjut mengenai apa sebenarnya hal tersebut.
Ketika mulai menjalankan skripsi, ternyata mahasiswa tersebut tidak paham betul apa yang ditulisnya, sehingga menimbulkan masalah baru yang semakin berat.
5. mahasiswa punya kesibukan atau pekerjaan lain yang menghasilkan
ketika mengerjakan skripsi sambil bekerja, terlebih lagi jika perkerjaan tersebut membutuhkan jam kerja rutin, apalagi penghasilan kerja tersebut sangat menarik, biasanya mahasiswa terpaksa harus memilih antara karir dan skripsinya.
Dan yang paling populer untuk ditinggalkan adalah skripsi. ini lumrah dan umum terjadi, dan tidak banyak yang terpaksa drop out karena terlalu lama mengabaikan skripsinya
6. mahasiswa sudah menikah dan berkeluarga
Menikah dan berkeluarga adalah sesuatu yang juga populer mengganggu jalannya skripsi. terlebih lagi bagi mahasiswi yang sedang hamil, tentunya ruang gerak sangat terbatas, dan tidak mungkin memiliki tenaga dan pemikiran yang utuh untuk mengerjakan skripsinya karena kondisi kehamilan dan menjelang kelahiran membutuhkan persiapan yang sangat banyak. setelah lahir pun, belum tentu dapat kembali ke meja skripsi karena harus mengurus bayi yang belum dapat ditinggal.
7. mahasiswa adalah aktivis organisasi
Menjadi aktivis adalah sebuah pilihan. walaupun tidak semua aktivitas tersebut menyita waktu skripsi, tetapi bagi sebagian orang yang terlanjut menikmati perannya sebagai aktivis, skripsi dianggap kurang menantang dan kurang menyenangkan untuk dilakukan.
Tapi cepat atau lambat biasanya para aktivis yang seperti ini akan tersadarkan ketika sudah tidak ada lagi orang-orang yang dikenalnya alias semua teman sudah selesai skripsi dan diwisuda. ketika masa itu datang, biasanya dengan sendirinya, para aktivis akan kembali ke meja skripsi karena terpaksa.
tujuh hal diatas adalah hal-hal yang populer terjadi dan potensial menghambat skripsi. Tapi hal kunci sebagai solusi dalam skripsi adalah kita memiliki paket kumpulan skripsi sebagai bahan referensi.
0 komentar:
Posting Komentar